Thursday 27 August 2015

Mt. Prau & Dataran tinggi Dieng, Wonosobo.


Ada yang suka nanjak-nanjak atau naik naik ke puncak gunung?. Atau ada yang lagi males ngerjain skripsi, terus malah nanjak gunung? Ada! Iya, gue :v. Well, kali ini gue bakalan berbagi cerita tentang perjalanan gue ke wonosobo dan sekitarnya :D. Yap, gunung Prau 2565mdpl, dan tentunya gak lupa juga buat berwisata di kawasan dieng. Mau tau ceritanya? Let’s check it out :3
Pada perjalanan kali ini gue ditemani oleh sahabat-sahabat yang paling josh dan bersama kawan-kawan dari EPA (equator pencinta alam). Perjalananan yang sangat menyenangkan, dan insyallah barokah :). 
Kami berangkat menggunakan bus carteran dari alun-alun tangerang pada pukul 22.00 WIB, dan TADINYA sudah merencanakan pendakian pada “siang” keesokan harinya. Karena pada waktu normal, perjalanan jakarta-wonosobo hanya memakan waktu 12-15 jam. Akan tetapi karena ada si komo lewat sepanjang perjalanan tangerang-wonosobo, akhirnya perjalanan memakan waktu lebih dari 19 jam. Atau tiba di wonosobo pada pukul 18.00 wib.
Setibanya di alun-alun wonosobo kami bersiap-siap merapikan barang bawaan masing-masing, dan tak lupa juga untuk shalat, WAJIB 5 WAKTU COK :v. Setelah semua siap, kami pun pindah kendaraan menggunakan bus yang lebih kecil ke basecamp pendakian patak banteng. Yap, aktifitas pertama dan utama kami adalah mendaki gunung prau. Gunung prau yang menurut gue cuma kumpulan bukit-bukit, emang iya sih :v memiliki ketinggian dua ribu lima ratus enam puluh lima meter diatas permukaan laut (2565 mdpl). Ada apa aja digunung prau? Baca sampe selesai yah gaes :p
Lanjooot :3. Setelah tiba di basecamp, kami pun memutuskan untuk mendaki malam hari pada pukul 23.30 WIB. Trek gunung prau memang cocok untuk pemula, karena jarak yang tidak begitu jauh dari pos awal pendakian sampai ke puncak. Hal yang harus diperhatikan ketika mendaki tentunya kita butuh persiapan yang matang, tak terkecuali ketika mendaki gunung prau. Mengingat trek prau yang berdebu dan cukup curam, maka dibutuhkan kesiapan fisik dan mental bagi para pendaki. Terutama bagi pendaki pemula dan pendaki serampangan a.k.a cuek dengan keselamatan, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti cedera, sakit ketika pendakian dll.
Lama pendakian gunung prau cukup relatif, sesuai kecepatan, kemampuan, dan kemauan :v. Kalau gue kemarin sekitar 3 jam. Tiba dipuncak prau sekitar pukul 02.30 lebih dikit lah, dengan 6 anggota tim yang pada mabok debu trek :v. Untuk yang belum pernah mendaki gunung prau disarankan untuk memakai penutup hidung, masker, slayer, buff dan sebagainya. Apalagi yang mendaki malam hari, karena debu relatif tidak terlihat akan tetapi terasa cukup mengganggu pernapasan. Note: debu di trek sangat mengganggu apalagi pada musim kemarau, kalau pas musim hujan gue gatau, mungkin debunya jadi lumpur :p.
Ini sedikit dokumentasi perjalanan prau 15-17 agustus 2015:


 Golden sunrise Mt. Prau 16-08-2015 




  Mt. Prau 16-08-2015

View dataran tinggi dieng dari trek Mt. Prau

Gue (kanan), with mas sugeng. Keluarga baru yang bobo satu tenda :v

Rencananya kami akan melanjutkan camp sampai tanggal 17 agustus. Akan tetapi karena berbagai hal, akhirnya kami memutuskan untuk turun pada siang hari tanggal 16 agustus. Waktu turun memakan waktu 1-2 jam, sekali lagi tergantung kecepatan, kemampuan dan kemauan :v. Jadwal camp satu malam di gunung prau kami ganti dengan membuka camp dipenginapan/ basecamp di patak banteng :v sembari menikmati suasana perkampungan di sekitaran basecamp, dan mencoba kuliner-kuliner khas wonosobo. Dan ini kuliner yang epic abis, yang gue coba :D:

 Mie Ongklok
Selain manisan carica, mie ongklok merupakan makanan khas wonosobo dan dataran tinggi dieng yang malam itu gue coba. Dengan bumbu rempah-rempah yang menghangatkan badan, makanan ini memang cocok untuk disantap terutama pada malam hari, maknyus :v. eits, satu lagi.. GORENGAN! Ada satu gorengan, gorengan ini unik sekali, gorengan naik kuda tapi kuda boong. Ehh engga engga, gorangan ini enak abis cok. Ini penampakannya:

Ini namanya gorengan :v

Ada tempe, tahu, dll yang adonannya dicampur daun, atau rumput, atau apalah gue gatau namanya yang ijo-ijo ini :v yang khas wonosobo, yang pasti josh abis. Jangan lupa untuk menyantapnya selagi hangat, maklum dieng dan sekitarnya kan dingin. Biar lebih nikmat :3
Keesokan harinya kami melanjutkan wisata ke kawasan dieng. Ini potonya, because no pic = hoax :v


Kompleks candi arjuna

Sikidang crater

 Telaga warna

Karena matahari sudah cukup terik, dan teringat skripsi yang belum disentuh akhirnya gue dan tim kembali ke basecamp untuk mengepak barang dan kembali ke wonosobo, setelah itu dilanjutkan perjalanan pulang ke tangerang yang alhamdulillah lancar, gk ada si komo lewat. Karena mungkin si komo belum turun dari gunung prau :3