Jumlah air terjun atau atau masyarakat setempat menyebutnya CURUG, sangat banyak di padarincang. Ada curug cikotak, curug leuwi bumi, cigumawang, leuwi tomo dan masih banyak lagi. Kali ini gue bakalan mengkisahkan ceelah mengkisahkan, tentang serunya perjalanan menuju curug leuwi tomo yang berada di sebuah kecamatan di kabupaten serang yang bernama padarincang! Padarincang merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah barat daya kabupaten serang, yang letaknya berada di jalur menuju wisata pantai anyer diantara kecamatan ciomas dan kecamatan cinangka, kalo gak tau, nih liat peta :p.
picture's source: google.com
Dan untuk letak curug leuwi tomo, agak lumayan jauh dari jalan raya. Dari pasar padarincang gue masuk ke sebuah gang sempit yang merupakan jalan menuju ke perkampungan warga dan juga salah satu akses menuju beberapa curug di padarincang, salah satunya curug leuwi tomo. Well, kali ini perjalanan seru gue ditemani oleh teman sepermainan ciehh. Yap mereka yang biasa menemani perjalanan gue, ada ilham, dwiki, jimboy, dan anto. Perjalanan kali ini memang cukup dadakan, karena kita bertemu di kampus dan langsung merencanakan perjalanan ke curug leuwi tomo, tentunya dengan pakaian rapih pakai sepatu pantofel, dan dengan gue yang menggendong skripsi. Mau tau kisahnya? Let’s check it out broh!
Gue berangkat dari kampus tercinta yang berada di kota serang menggunakan sepeda motor, kira-kira memakan waktu 1 jam untuk sampai di kecamatan padarincang. Setibanya di padarincang, perasaan was-was mulai muncul. Yap, cuaca sedikit kurang bersahabat, padarincang baru saja diguyur hujan. Itu berarti jalanan menuju curug akan sangat licin berlumpur, dan aliran sungai pun akan deras. Selamat tinggal skripsi, sepatu pantofel dan pakaian rapih :(. Let’s rock the track!!! Hahaha. Setelah memasuki perkampungan warga, banyak dari mereka yang menyediakan tempat parkir dengan mahar sebesar 5000 rupiah/ sepeda motor, jadi gak perlu cemas soal kendaraan pasti mereka jaga, bahkan ditunggu sampe anda datang :p. Gue memutuskan untuk menyimpan kendaraan diparkiran paling depan, karena jalan untuk memasuki parkiran dalam cukup curam dan licin. Dan demi keselamatan, ya gapapa lah sedikit jalan kaki. Eits tapi jalan kaki cukup berbahaya…. Kalau pake sepatu pantofel. Please jangan pake sepatu pantofel. Haha. Terbukti ilham dan anto kesulitan untuk memilih jalan agar tidak terpeleset. Di perkampungan paling dekat dengan lokasi curug, gue membayar tiket masuk sebesar 10.000 rupiah, menurut gue lumayan cukup besar dengan infrastruktur yang kurang memadai, tapi gapapa lah itung-itung membantu perekonomian masyarakat sekitar dan pariwisata lokal.
Jalan menuju curug leuwi tomo bisa memakan waktu antara 30-90 menit dari jalan raya. Tergantung kecepatan, kemauan dan kelancaran medan. Untuk perjalanan gue, memakan waktu 60 menit karena diakibatkan jalanan yang licin, sungai yang cukup deras jadi sedikit nyebur-nyebur, dan tentunya sepatu pantofel sialan haha. Rombongan gue pada hari itu adalah rombongan terakhir yang mengunjungi curug leuwi tomo, dan tiba di curug pada pukul 17.30. memang cukup sore, dan dipastikan ketika pulang akan melewati hutan dan sungai dalam keadaan gelap. For your information, belum dibangun jembatan untuk menyebrangi aliran sungai yang harus kita lewati ketika pergi ke curug leuwi tomo. Jadi kalau air sungai deras harus siap basah-basahan.
Belum ada jembatan broh :p
Melewati persawahan yang epic :3
Dan sialnya lagi hujan mulai turun ketika gue pulang, yang gue inget cuma skripsi gue bakalan jadi bubur, haha. Jalanan tambah licin, sungai tambah deras, dan langit mulai gelap. Ditambah lagi gak ada yang bawa senter atau alat penerangan lain. Eits, tapi kalau masalah gelap-gelapan kami sudah sering melakukannya ehhh, iya kita cukup sering trekking ke gunung pada malam hari jadi gk terlalu was-was. Yang ditakutkan cuma jalanan yang tambah licin yang gak terlihat. Dan benar saja, ketika ditengah hutan gue meluncur sekitar 10 meter gara-gara terpeleset dijalanan menurun. Coba kalau direncanakan, kan bisa pasang action camera dulu biar berasa meluncur di wahana air haha. But, itu merupakan terpeleset yang menyenangkan dalam hidup gue, kapan-kapan bisa direncanakan :p. Dan saat ingin menyebrangi sungai dengan air yang cukup deras gue mulai was-was, antara harus menyelamatkan hidup atau skripsi gue. Mulai lah gue melompat-lompat diantara bebatuan sungai, dan ketika melompati batu yang cukup jauh gue kehilangan keseimbangan karena beban didalam tas gue yang berat. Jeburrrrrr, gue dan skripsi tercinta berenang-renang dihadapan jimboy dan dwiki, Sial, mereka malah ketawa. Dengan jurus bangau terbang gue coba berdiri dan berjalan ke pinggir sungai, dan ternyata skripsi dan barang-barang gue masih kering. Untung pake tas buatan mang ening hahaha. (maap bukan di endorse).
Melewati curug Leuwi Bumi (katanya) :p
Curug Leuwi Tomo, yuk nyeburrr :D
Langit mulai gelap, mendung, gak ada cahaya bulan, jalanan mulai gak terlihat, dan Cuma kunang-kunang yang menerangi jalan gue. Sesekali bertemu warga sekitar yang mencari ikan pada malam hari dan bertanya “kapeutingan nya” atau dalam bahasa Indonesia “kemalaman ya”. Dan tibalah gue ditempat parkiran kira-kira pada pukul 19.30, seperti yang gue ceritakan tadi, tukang parkir disana sangat setia, bak romi yang menunggu juleha haha. Mereka dengan setia menunggu kedatangan gue dan kawan-kawan :p.
Yuk visit banten broh, yang orang banten mari promosikan wisata-wisata di banten, dan tentunya tetap menjaga kearifan lokal dan alam banten. :)
Yuk visit banten broh, yang orang banten mari promosikan wisata-wisata di banten, dan tentunya tetap menjaga kearifan lokal dan alam banten. :)